Monday, 5 September 2016

Keluar(ga) Zona Ternyaman



Menyambung postingan saya sebelumnya, saya ingin menulis tentang keluarga saya.
Keluarga adalah hal terpenting dalam hidup saya. Jika tidak ada ibu saya, tentu saya tidak ada, jika tidak ada bapak saya, tentu saya juga tidak akan terlahir ke dunia ini, dan jika tidak ada kedua kakak saya sangat dapat dipastikan saya tidak akan ada di dunia ini dan memiliki dua orang kakak yang sangat hebat.
Keluarga saya bukanlah keluarga yang setiap minggu kumpul bersama, pergi bersama, merasakan kebahagiaan saat liburan bersama. Bukan. Keluarga saya adalah keluarga yang sangat peduli dengan kepentingan masing – masing anggota keluarganya. Keluarga saya tidak semuanya tinggal bersama. Kakak pertama saya tinggal di Solo untuk melanjutkan pendidikan, kakak kedua saya sempat 6 bulan di luar kota dan 6 bulan di luar negeri, dan ya orang tua saya hanya tinggal berdua di rumah. Saya adalah anak terakhir di keluarga ini, dan saya jugalah anak terakhir yang memutuskan untuk tidak tinggal di rumah dengan alasan melanjutkan pendidikan di luar kota.
Entah ini kebetulan atau tidak, berawal dari kakak pertama saya yang memutuskan untuk tidak tinggal di rumah saat berumur 15 tahun atau saat akan melanjutkan pendidikan ke SMA. 2 tahun kemudian, disusul oleh kakak kedua saya yang memutuskan untuk melanjutkan SMA di tempat yang sama dengan kakak pertama saya. 3 tahun kemudian saya memutuskan untuk melanjutkan SMA di kota yang sama seperti kakak – kakak saya. Tetapi saat saya pindah ke kota tersebut, kakak – kakak saya sudah pindah lagi ke kota 2 kota yang berbeda. Pada intinya, entah kebetulan atau tidak, kami bertiga sama – sama memutuskan untuk belajar hidup sendiri di luar rumah saat mulai masuk SMA.
Saat saya  pindah, ibu saya berbicara seperti ini “ kalian bertiga sama ya kayak ibu, sama – sama keluar rumah umur 15 tahun.” , ibu saya pun memutuskan untuk tidak tinggal di rumah saat umur 15 tahun karena ibu saya masuk ke sekolah perawat yang dimana para siswinya diwajibkan untuk tinggal di asrama sekolah perawat tersebut.
Pertama kali saya pindah, saya melihat teman – teman saya yang juga memutuskan hal yang sama, pada hari pertama pindah ada beberapa dari mereka yang menangis karena home sick. Tapi saat saya pertama kali pindah, saya sama sekali tidak menangis karena meninggalkan rumah. Mungkin ini semua dikarenakan saya telah memiliki 2 contoh sebelum saya, yang juga tidak tinggal di rumah saat umur 15 tahun. Jadi, saat saya melihat teman – teman saya menangis, jujur saya bingung. Saya sempat menghubungi orang tua saya dan bertanya seperti ini “ kenapa temen – temen aku nangis ya padahal baru hari pertama? Kok aku gak nangis juga ya?” , tanya saya kepada orang tua dan kakak saya, dan mereka hanya tertawa mendengar pertanyaan saya.
Jujur, saya bangga dengan diri saya sendiri. Saya adalah satu - satunya anak perempuan di keluarga saya dan saya adalah anak terakhir, tapi saya berani keluar dari zona aman saya, saya berani berhadapan dengan segala resiko di luar sana. Karena, saat saya masih tinggal di rumah, saya selalu diantar jemput oleh orang tua saya, dan saat saya memutuskan untuk pindah, saya harus belajar pulang dan pergi sekolah sendiri. Saya yang biasanya apa – apa bergantung dengan orang tua saya, saya harus memutuskan sesuatu hal itu sendiri dan harus yakin dengan segala resiko yang akan terjadi.
Banyak hal yang saya pelajari selama kurang lebih 3 tahun tidak tinggal bersama orang tua. Seperti kemandirian, keberanian ( ya, karena saya termasuk anak yang cukup takut dengan berbagai macam hal ), saya juga harus berani mendapat tantangan apapun di dalam hidup saya dan harus menyelesaikannya sendiri, dan saya harus berani keluar dari zona aman saya. Karena menurut saya, jika kita selalu hidup di dalam zona aman saja, kita tidak bisa melihat berbagai tantangan dan rintangan hidup di dalam kehidupan kita dan di dunia luar yang sebelumnya belum pernah kita rasakan. Saya sangat bersyukur pula, bahwa keluarga saya sangat mendukung keputusan saya untuk belajar hidup sendiri saat umur saya masih sangat muda. Walaupun saya tahu, bahwa sebenarnya pasti ada rasa sedih dari orang tua saya karena mereka hanya tinggal berdua setelah saya pindah. Bagaimanapun keluarga tetaplah zona yang paling aman sampai kapapun.

No comments:

Post a Comment